PADANG-Ketua Umum Ikatan Da’I Indonesia (Ikadi) K.H. Ahmad Kusyairi Suhail, MA, ingatkan bahwa para penda’i di Sumbar atau Ranahminang harus mampu mengeluarkan masyarakat dari masalah stress akibat dari bencana Covid-19. Sangat mengkhawatirkan bahwa hasil temuan seorang peneliti menjelaskan hampir setengah penduduk dunia mengalami sikap stress akibat gejala Corona ini, terutama di bidang ekonomi dan silaturrahmi serta masalah-masalah lainnya.
Sebagai Da’i atau pendakwah harus segera mengeluarkan masyarakat dari masalah stress tersebut. Namun jangan pendakwah ikut pula stress ketika nasehatnya Islam belum mampu diterima dan diterapkan oleh masyarakat dalam mengatasi dinamika masyarakat. Untuk bisa keluar dari masalah tersebut umat harus diyakinkan bahwa ini semua adalah ujian Allah swt terhadap hambanya yang beriman dan mau beramal shaleh. Untuk itu jangan pernah berprasangka buruk terhadap sang Pencipta. Namun inilah dinamika yang sering melanda umat kita hari ini.
“Saya juga mencatat Ranahminang adalah mempunyai pelopor dan tokoh agama dan tokoh nasional yang berpengaruh hingga belahan dunia. Sedikitnya ada 16 orang tokoh terkenal, diantaranya Buya Hamka, Mhd. Hatta, Tuanku Imam Bonjol, Muhammad Yamin serta tokoh ternama lainnya. Hasil perjuangan ini harus ditiru oleh kader-kader muda ulama saat ini sebagai pencerah ditengah masyarakat kita yang mengalami wabah virus,”katanya pada acara Muswil Ikadi ke-IV di aula gubenuran Padang, Minggu, (6/3).
Pada bagian lain narasumber yang menjadi musyawarah wilayah ke-IV Ikatan da’i Indonesia Sumbar tahun 2022 dengan tema ” Mengokohkan Islam rahmatan lil’alamin di Ranah Minang, Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag, menyebutkan bahwa da’i itu harus menjadi pengantisipasi kegalauan dan menjadi konseling bagi umat. Bukan malah menjadi sumber penyakit baru. Ketidak sukaan sebagian orang dengan seorang ulama atau da’i hal itu lumrah dan harus dihadapi dengan cara arif dan bijaksana.
Dalam hidup dan kehidupan kita saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa kita tengah berada dalam moderasi beragama atau cara pandang beragama. Sesungguhnya moderasi itu adalah, kegiatan memandu dan mengatur kehidupan beragama yang santun, ramah dan damai dengan prinsip adil dan berimbang,”jelas ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) serta yang juga ketua Forum Kerkunan Umat Beragama (FKUB) Sumbar.
Sedangkan menurut Sekjen Ikadi Pusat Dr. Muhammad Khairan Arief, M.Ed yang juga dosen Fak. Dirasat Islamiyah UIN Jakarta, menyebutkan bahwa, moderasi itu lebih fokus pada moral dan berinteraksi dengan pihak lain. Prinsip utama moderasi beragama dalam Islam adalah masalah adil yang diartikan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, seimbang (At-Tawazun) khairiyah (kebaikan) istiqamah (konsisten) dan al-hikmah (hikmah) dalam Islam. Urgensi moderasi Islam terhadap orang yang beragama adalah pengakuan terhadap kebebasan bagi orang lain, khususnya dalam menjalankan ajarannya masing-masing.
Pada bagian lain, Gubernur Sumbar diwakili Kabiro Kesra Irsyad, MM, menyebutkan bahwa dalam menyukseskan program ke-agamaan di Ranahminang ini tidak pernah meninggalkan organisasi kemasyakatan dan ormas Islam, seperti Ikadi, Dewan Masjid Indonesia, Badan Wakaf Indonesia (BWI). Peran aktif dan keterlibatan lembaga ini menjadi penting dan dipentingkan. Hal ini sejalan dengan program Syari’at Islam yang ada di Sumbar diantaranya menjawab filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Dalam konsep kita di Ranah Minang akan dilahirkan sejumlah pusat pembelajaran Bahasa Arab, Tahsin Al-Qur’an bagi pemula dan program penyelenggaraan jenazah bagi semua elemen masyarakat, utamanya anak-anak usia sekolah mulai pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi,”terangnya.
Sebelumnya, ketua Umum Ikadi Sumbar Dr. Urwatul Wusqha, M.Ag, menjelaskan bahwa kehadiran lembaga Ikadi secara nasional termasuk di Sumbar telah 20 tahun, bahwa antara da’i (ulama) ibaratnya air dengan manusia. Artinya, antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan saling menguntungkan. Ketika salah satunya macet atau tersumbat maka yang akan terjadi adalah muncul sikap saling menyalahkan dengan mudah terbangun sikap ketidak percayaan. Ke depan Ikadi harus lebih bangkit lagi. Kita tancapkan perubahan demi perubahan bagi umat hingga ke titik nadir sekalipun. Target kita ke depan melalui nakhkoda Ikadi adalah menjadi perekat antara Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan Tarbiyah serta ormas Islam dan ormas lainnya. Boleh kita beda lembaga tapi harus bahu membahu untuk membangun kemasalahatan umat,”katanya.
Pada kesempatan akhir acara ini, Ikadi Sumbar telah melaksanakan kegiatan lomba Adzan dan Khutbah di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi. Tampil sebagai pemenang dalam agenda penting adalah, untuk Adzan Andika Aulia Putra berasal dari MAN 1 Padang sebagai pemenang I. Sedangkan untuk khutbah tingkat SMA/SLTA adalah M. Fikri Erlen asal SMAN 2 Sumbar. Dan untuk lomba khutbah tingkat perguruan tinggi adalah Yogi dari Unand Padang.
Sebelumnya menurut Ustad Muhammad Ridho Nur, Lc, dosen Fakultas Syari’ah UIN IB Padang juga telah menyelenggarakan lomba adzan dan khutbah bagi siswa SMA dan Perguruan Tinggi. Kepada para pemuncak dua lomba ini mereka berhak mendapatkan piagam penghargaannya dan secara resmi di serahkan oleh anggota DPD RI Muslim M. Yatim dan Ketua Ikadi Pusat K.H. Ahmad Kusyairi Suhail dan Kabiro Kesra Irsyad.
Sumber: beritaminang.com